Tampilkan postingan dengan label Info Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Info Buku. Tampilkan semua postingan

Buku Soal Solusi UN Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Edisi 2019/2020 Karya Anggota Pergumapi

Yun Desember 27, 2019
Sampul Solusi UN Bahasa Indonesia SMP/MTs edisi 2019/2020.
PERGUMAPI.or.id--Empat anggota Pergumapi kembali menerbitkan buku soal bahasa Indonesia, Solusi UN Bahasa Indonesia SMP/MTs Kurikulum 2013 Edisi 2019/2020. Buku ini terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pendalaman materi dan contoh soal, pembahasan soal UN, serta soal-soal uji kompetensi. Pendalaman materi berisi materi yang berdasarkan analisis penulis berpotensi muncul di soal-soal Ujian Nasional yang akan datang. Materi pendalaman yang disajikan dalam buku ini meliputi membaca nonsastra, membaca sastra, menulis terbatas, menyunting kata, kalimat, dan paragraf, serta menyunting ejaan dan tanda baca. Setiap materi disertai contoh soal agar siswa lebih mudah memahaminya.

Pada bagian pembahasan soal UN, disajikan soal-soal yang pernah diujikan pada Ujian Nasional 2018/2019. Selain ditentukan jawabannya, soal-soal pada bagian ini juga dibahas secara proporsional. Selanjutnya, disajikan lima paket soal masing-masing lima puluh butir soal (sesuai standar Ujian Nasional) untuk digunakan para siswa berlatih.

Makna kata sering menjadi permasalahan siswa. Hal ini cukup esensial karena kunci dari pemahaman atas sebuah teks di antaranya adalah kemampuan memahami makna kata. Oleh karena itu, pada bagian akhir disajikan glosarium yang berisi istilah-istilah yang digunakan dalam buku ini.

Buku ini ditulis oleh empat orang. Pertama, Siska Yuniati, seorang guru bahasa Indonesia di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Bantul. Selain itu, dirinya pernah mengajar Bahasa Indonesia di MAU Al-Imdad. Siska juga aktif menulis sastra dan nonsastra. Beberapa tulisannya dimuat di media massa, diterbitkan dalam bentuk buku, serta memenangkan kompetisi lokal dan nasional. Tahun 2018, Siska terlibat dalam pengelolaan hasil studi PISA di Indonesia. Saat ini Siska menjadi Ketua Umum Perkumpulan Guru Madrasah Penulis (Pergumapi).

Kedua, Rusmantara, seorang guru bahasa Indonesia di MTs Negeri 1 Bantul. Selain mengajar, dirinya aktif di MGMP Bahasa Indonesia SMP dan menjadi Ketua di MGMP Bahasa Indonesia MTs Kabupaten Bantul. Rusmantara juga merupakan anggota Perkumpulan Guru Madrasah Penulis (Pergumapi).

Ketiga, Rina Harwati, adalah guru Bahasa Indonesia di MTs Negeri 6 Bantul. Lulusan Program Pascasarjana UNY ini merupakan Sekretaris MGMP Bahasa Indonesia MTs Bantul serta Sekretaris Bidang Humas, Informasi, dan Kerjasama Antarlembaga Pergumapi. Karyanya dimuat di berbagai media lokal dan nasional serta antologi bersama. Tahun 2017 bersama penulis lain menulis Buku Pendamping Bahasa Indonesia Kelas IX Kurikulum 2013. Tahun 2018, Rina menjadi salah satu penulis soal Puspendik Balitbang Kemdikbud RI.

Keempat, Septy Andari Putri, yaitu guru bahasa Indonesia di MTs Negeri 1 Kulon Progo. Tulisannya dimuat dalam majalah, jurnal, serta antologi bersama. Pada tahun 2017 menjadi pemenang II lomba inovasi pendidikan UNY. Pada tahun yang sama menjadi juara III guru berprestasi Kemenag Tingkat Nasional. Tahun 2018, Septy menjadi salah satu penulis soal Puspendik Balitbang Kemdikbud RI. Septy juga merupakan Instruktur Nasional Bedah Kisi-kisi Mapel Bahasa Indonesia. Dirinya aktif dalam organisasi, di antaranya menjadi pengurus MGMP SMP dan MTs Kabupaten Kulon Progo, pengurus PGRI, serta pengurus Perkumpulan Guru Madrasah Penulis (Pergumapi).

Solusi Ujian Nasional Bahasa Indonesia untuk Kelas IX SMP/MTs

Rina harwati November 30, 2018

Kisi-kisiUjian Nasional baru saja diterbitkan oleh BSNP. Sebagai bahan persiapan menghadapi agar sukses UN dibutuhkan berbagai latihan. Buku yang bervariasi jenis soalnya juga diperlukan. Nah, sebagai guru hal apakah yang bisa dilakukan?  salah satunya adalah menyediakan berbagai bahan pembelajaran berupa soal-soal latihan.

SOLUSI UN, sebuah buku yang dirancang untuk melengkapi koleksi soal yang bisa dilatihkan kepada para siswa. Buku ini disusun dengan mengacu pada kisi-kisi UN dan menggunakan teks-teks kurikulum 2013. Tiga orang penulis buku ini adalah pengurus Pergumapi (Siska Yuniati, Rina Harwati, dan Septy Andari Putri) yang berkomitmen secara bersama-sama berusaha membuat soal-soal yang berpeluang muncul dalam ujian nasional disertai dengan materi, pembahasan, dan kunci jawaban.

Sebuah Repertoar tentang Perempuan

Mei 18, 2018

PEREMPUAN dan perannya ibarat repertoar yang selalu siap tampil dalam panggung kehidupan umat manusia. Kehadirannya akan selalu memberi warna dan nuansa tersendiri. Terkadang, warna tersebut terlihat jelas dan membuat kita berdecak kagum. Namun, acap pula kita rasakan sebagai sebuah kelaziman tanpa terlintas betapa itu luar biasa. Tentulah berbicara tentang perempuan, tak akan ada habisnya. Kita bagaikan menyibak samudera kehidupan yang tak pernah kering dan penuh misteri.

Hal menarik manakala misteri perempuan itu digambarkan dalam 90 puisi yang ditulis oleh guru madrasah yang tergabung dalam Pergumapi (Perkumpulan Guru Madrasah Penulis). Dalam puisi-puisi ini, perempuan tidak saja digambarkan sebagai seorang yang lemah lembut, akan tetapi juga sebagai manusia tangguh sekaligus manusia terombang-ambing dalam menghadapi kerasnya hidup.

“Si Mbok Penjual Daun Singkong” karya Ahmad Hanapiyah misalnya, mencoba memotret perempuan tua dengan lika-likunya sebagai penjual daun singkong, disandarkan onthel di pagar pasar / ditaruh bakul butut di emperan dekil / ditawarkan beberapa ikat daun singkong / berkali-kali di puluhan muka yang melewati / dan berkali-kali senyum keriput merayu hati / sudilah kira menukar koin lima ratus / dengan seikat harapan untuk nasi dan ikan asin / di sore nanti.

Puisi lain yang menggambarkan ketegaran perempuan juga dilukiskan Anuk Kuswanti dalam puisi berjudul “Wanita Perkasa”, Duhai Wanita Perkasa / Pedih perih sengatan mentari /Lebur dalam hamparan permadani / Dingin hujan menusuk sendi / Tak surutkan langkah kaki.

Di balik kelembutan serta diamnya, rupa-rupanya perempuan sanggup menahan gelombang hidup yang kadang tak mengenakkan. Keadaan yang serba terbatas, pedih, kadang justru semakin menguatkan jiwa seorang perempuan. Keadaan tersebut direkam Umi Solikatun dalam puisinya “Karena Aku Perempuan”, Kelembutanku tak berarti lemah / Gemulaiku tak berarti payah / Menangisku tak berarti kalah / Diamku tak berarti menyerah.

Ide-ide tersebut kendati tidak mendominasi keseluruhan antologi puisi ini, tetapi cukup menggambarkan bagaimana sejatinya jiwa seorang perempuan. Perempuan yang menjelma kukuh manakala ia dihadapkan kepada himpitan hidup. Apa pun sanggup ia berikan lantaran rasa cinta kepada anak-anak, suami, bahkan negerinya. Kiranya, hal tersebut menguatkan apa yang disampaikan Sir William Golding, sastrawan Inggris, bahwa perempuan akan memberikan lebih dari apa yang engkau berikan, ... if you give her a house, she will give you a home. If you give her groceries, she will give you a meal. If you give her a smile, she will give you her heart ....

Ide lain yang diangkat oleh penulis dalam antologi ini adalah sosok ibu. Lebih dari 30 puisi berbicara tentang ibu. Ibu sebagai mata air kasih sayang, juga sebagai muara kerinduan. Bagaimana pun juga, dalam pengasuhan perempuanlah kehidupan bermula. Dengan kodrat di tangan perempuan, diantarkannya manusia-manusia baru ke muka bumi. Hal ini tergambar dalam puisi Ayu Dewi, Atas kehendak-Nya / aku tercipta untuk melahirkanmu. Sebagai seorang ibu, Ayu Dewi mengerti betul bagaimana peran dan keikhlasan seorang perempuan yang bernama ibu ketika mengantarkan seorang manusia ke muka bumi.

Pengantaran dan keikhlasan juga dapat dilihat dalam puisi “Panggilan dari Langit” karya Nur Hasanah Rahmawati, Diakah wanita itu? / Yang mengantarku ke dunia / Yang merelakan bagian tubuhnya menjelmaku. Dalam puisi ini, kita lihat, bahwa perempuan bukanlah kurier yang melepas tanggung jawab seketika saat kiriman sampai ke tujuan. Perempuan tidak sekadar itu, dia bahkan merelakan bagian tubuhnya untuk serta dan menyertai kehidupan manusia baru yang dilahirkannya.

Kita saksikan para perempuan yang telah melahirkan harus mengambil risiko untuk menjadi lebih gendut, keriput, gigi keropos hingga kualitas penglihatan yang semakin mengabur. Dalam keadaan tubuh yang terambil sedemikian rupa, perempuan masih punya tanggung jawab mengawal kehidupan baru yang dilahirkannya. Dalam pengawalan ini, disertakannya lagi kualitas keikhlasan yang tidak berubah.

Penggambaran tersebut akan mengingatkan kita betapa seorang ibu telah mengalami kepayahan saat hamil, melahirkan, serta menyusui buah hatinya. Sebagaimana yang tertulis dalam Q.S. Lukman ayat 14, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” Dengan tingkat keikhlasan yang demikian, imbalan pantas ketika perempuan terpilih menjadi tempat berlabuh dan kembalinya hati yang lelah seperti dalam puisi karya Siska Yuniati yang berjudul “Sajak Lelaki di Atas Kapal” ini, Tunggulah. Bila musim itu tiba. Aku kan datang tuk mengarungi lautmu nan teduh. Dan kau pun tahu, di sanalah kembali aku berlabuh. Atau, puisi karya Ahmad Hanapiyah, Ibu, dekap erat aku. / Senandungkan lagu pilu itu untuk pengantar tidur panjangku.

Demikian istimewanya seorang perempuan, hingga ia dapat memengaruhi kehidupan suami, keluarga, juga masyarakat. Bahasan akan kiprah perempuan tersebut di antaranya tergambar pada puisi Rohani Ningsih. ... Wahai wanita yang berbudi / Jangan tinggalkan hakikat diri/Secara kodrati engkau pencetak insani / Dari rahimmulah akan tumbuh tunas-tunas muda generasi bangsa ini. Begitu juga dalam karya Pujarsono berikut. ... Wanita itu mahluk istimewa / ia bisa menjadikan pria apa saja // dengan pesona dan kekuatan cintanya / ia bisa mengubah // pria lemah menjadi kuat / pria kuat menjadi lemah / pria miskin menjadi kaya / pria kaya menjadi miskin.

Tidak cukup dengan mengusung ide penting akan peran perempuan, beberapa puisi juga menampilkan sosok perempuan hebat pengukir sejarah. Pujarsono mencoba mengisahkan umul mukminin dalam puisi berjudul Khadijah. Begitu pula Siti Nur Rohmah, ia bercerita akan sosok Khadijah dan Aisyah. Sementara Yulian Istiqomah mengungkap perjuangan Kartini.

Dalam menjalani perannya yang extraordinary, ternyata perempuan hanyalah ordinary people yang hati bahkan tubuhnya harus dijaga dengan baik, entah oleh seorang ayah, seorang suami, seorang anak, seorang saudara, bahkan oleh para perempuan itu sendiri. Bagaimana pun juga, hati perempuan laksana kaca yang mudah tergores. Puisi karya Nur Hasanah Rahmawati sedikit-banyak menggambarkan bagaimana hati perempuan kala dirundung nestapa, Bahkan masih menjejak di rasaku / Lebam luka yang menyisakan perih / Pun pedih menghunjam relung jiwa / Lalu seonggok tubuhku / Meringkuk dalam ruang gelap. 

Dalam puisi karya Ikha Mayashofa, perempuan yang dirundung nestapa bisa jungkir-balik yang membuktikan betapa ordinary kehadiran perempuan. Sepisau luka masihlah nganga / pada dada jelaga dengan peluh selaksa / di bola matanya kutemukan tangis meluruh / mengepung benteng ketegaran hingga merapuh.

Itu adalah di antara pandangan 49 penulis yang keseluruhannya guru madrasah. Delapan di antaranya adalah guru laki-laki. Dengan demikian, antologi puisi ini cukup “renyah”. Tidak hanya perempuan yang berbicara tentang perempuan, tetapi juga terangkum sudut pandang lelaki akan perempuan.

Membaca satu per satu puisi dalam buku ini seolah sedang merenangi samudra dan tiba-tiba berada di taman bawah laut yang baru kita mengerti keunikannya. Lebih dari itu semua, para penulis antologi ini adalah “orang tua” bagi generasi Indonesia yang akan datang. Di tangannya repertoar kehidupan tersimpan. Dari tangan dinginnya, tentu saja akan terpilih senandung indah masa depan Indonesia. (*)

Siska Yuniati, Ketua Umum Perkumpulan Guru Madrasah Penulis. Tulisan ini merupakan catatan pengantar antologi puisi Repertoar Perempuan.

Membaca Langsung Warna-Warni Kisah Penerima Tunjangan Profesi Guru

Mei 11, 2018
Rina Harwati dan buku Merah Putih Sertifikasi Guru

Judul: Merah Putih Sertifikasi Guru
Penulis: Tim Penulis
Tebal: 136 + xii
Penerbit: Matsnuepa Publishing, 2018
ISBN: 978-602-51350-9-5

SERTIFIKASI guru telah berjalan sebelas tahun. Sejak permulaan hingga saat ini aturan pelaksaannya telah mengalami penyempurnaan beberapa kali. Pada awalnya, guru harus melalui jalur portofolio. Jika tidak lulus, guru dapat mengikuti langkah berikutnya, melalui jalur PLPG.

Pada perkembangannya, jalur portofolio ditiadakan. Secara perlahan, jalur PLPG pun harus mengalami penyesuaian menjadi PPG (Pendidikan Profesi Guru). Jika dulu proses menjadi guru bersertifikat pendidik (profesional) harus guru dengan masa kerja tertentu, sekarang prosesnya bahkan dapat diikuti oleh guru yang belum mengajar. Perbedaannya, jika dahulu yang lulus langsung bisa mendapatkan tunjangan, pada PPG, tidak demikian.

Apapun jalur yang ditempuh para guru, senantiasa menghadirkan suka-duka. Bahkan, setelah berpredikat guru profesional, suka-duka itu tetap menyertai. Itulah yang terekam dalam buku berjudul Merah Putih Sertifikasi Guru ini.

Ayu Dwi Widowati, Siska Yuniati, dan Nuraedah, misalnya. Ketiganya menyinggung bagaimana sulitnya proses menjadi guru profesional melalui jalur portofolio. Dengan perjuangan yang tidak mudah, ketiganya berhasil menjadi guru profesional melalui jalur tersebut.

Ketika dana sertifikasi diterima, dimanfaatkan untuk banyak kepentingan. Rina Harwati misalnya, memanfaatkan dana sertifikasi untuk memperhatikan keluarganya, mengembangkan usaha, dan sebagainya sehingga dapat menjalankan tugasnya sebagai guru lebih tenang dan lebih baik.

Sementara itu, Intan Irawati, Bambang Sukarnoto, Pujarsono, Eza Avlenda, Ruba Nurzaman, dan Yuni Iswari Dewi menuliskan pengalaman mereka menggunakan dana sertifikasi untuk membeli buku, membeli modem internet, mengikuti seminar, membuat media pembelajaran, hingga menulis PTK. Adanya dana sertifikasi selain memberi kesempatan untuk melakukan banyak manfaat dipandang juga "menuntut" banyak hal, terutama terkait pengembangan diri dan pengembangan profesi berkelanjutan.

Dalam tulisannya, Ruba Nurzaman menyebutkan bahwa hingga menerima Tunjangan Profesi Guru (TPG), dirinya tidak pernah mendapat fasilitas pelatihan dari Pemerintah. Dana sertfikasi membuatnya memiliki anggaran yang dapat disisihkan untuk mengikuti berbagai pelatihan atau workshop.

Selain mengikuti seminar dan pelatihan, juga ada guru yang memanfaatkan dana sertifikasi yang dimilikinya untuk melanjutkan studi. Hal ini dilakukan, misalnya, oleh Kasmawati dan Nuraedah.

Kendati secara umum meningkatkan kesejahteraan guru, menjadi guru bersertifikat pendidik bukan tanpa persoalan. Anuk Kuswanti bercerita, bagaimana dirinya sempat berusaha mencari tambahan jam di sekolah lain karena madrasah induknya tidak dapat memberikan cukup jam mengajar sebagai persyaratan penerima tunjangan profesi.

Jika Anuk terkendala jumlah jam mengajar, Yulian bermasalah dengan honornya. Sejak menerima Tunjangan Profesi Guru, Yulian justru tidak mendapat honor bulanan lagi. Sebagai guru honorer, Yulian merasakan hal ini cukup berat, terlebih lagi TPG tidak diterimanya tiap bulan.

Buku berisi 20 tulisan guru-guru madrasah penerima Tunjangan Profesi Guru ini ditutup oleh tulisan Susiana Manasih. Ana, demikian dia biasa dipanggil, menyebutkan bahwa para guru yang menerima tunjangan profesi perlu dievaluasi motivasi dan kinerjanya. Rekomendasi ini didasarkan atas hasil penelitiannya di lingkungan madrasah di DKI Jakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara guru bersertifikat pendidik dengan yang belum, terutama terkait motivasi dan kinerja. (*)

Siska Yuniati
Ketua Perkumpulan Guru Madrasah Penulis (Pergumapi)

Launching Buku Karya Ayu Dewi Widowati, Guru MTs Negeri 1 Yogyakarta

Mei 08, 2018

Yogyakarta, Pergumapi.or.id--Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga DI Yogyakarta memperingati acara ulang tahun Majalah Candra yang ke-48 dan launching buku karya YB Margantara, Ayu Dewi Widowati, dan lain-lain, Rabu (2/5) pukul 15.00–16.30 WIB. Kegiatan dilangsungkan di Disdikpora DIY, Jalan Cendana No. 9.

Acara tersebut dihadiri oleh Didik Wardaya, SE., M.Pd, M.M. sebagai Plt. Kabid Perencanaan dan Standarisasi, Dwi Agus Muchdiarto, S.H., M.A. sebagai Kepala Seksi Data dan TI, Dra.Noor Imanah, M.A. sebagai Kasi Dikmad Kanwil Kemenag DIY, alumni Diklat Jurnalistik di New Saphir dan de Laxton, serta Tim Redaksi Majalah Candra.

Dalam sambutannya, Didik Wardaya mengatakan, “Ulang tahun Majalah Candra yang ke-48 merupakan usia yang tidak muda lagi, namun dengan semakin bertambahnya usia Majalah Candra menunjukkan semakin matangnya majalah Candra dalam memberikan pengetahuan dan wadah bagi para pendidik untuk terus berkarya dalam bentuk tulisan.”

Didik juga berharap semoga dengan adanya launching buku dari bapak ibu guru akan memacu bagi bapak ibu guru yang lainnya untuk membuat buku sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing.

Buku yang dilaunching karya Ayu Dewi Widowati yaitu Isakuiki (kumpulan "SST" tahun 1997–2018), Mas Paijo (kumpulan cerpen (8) dan cermin (29)) yang sebagian besar sudah dimuat di Majalah Candra dan Harian Jogja. Ayu Dewi Widowati merupakan guru Seni Budaya dan Prakarya di MTs Negeri 1 Yogyakarta. Ayu mengaku mulai menulis sejak di bangku SMP dan itu dilakukan karena hobi, ingin memberikan manfaat kepada orang lain, dan ingin mempopulerkan madrasah lewat tulisannya. (Rmi)